100 Hari Ayahwa-Panyang: Aceh Utara Bangkit Bukan Sekadar Janji
Lhoksukon – Tepat 100 hari sejak dilantik, duet kepemimpinan Bupati Ismail A. Jalil, SE., MM., yang akrab disapa Ayahwa, dan Wakil Bupati Tarmizi, S.I.Kom., atau Panyang, menegaskan bahwa mereka bukan pemimpin yang sekadar berbicara—tetapi bekerja, bertindak, dan menorehkan hasil.
Dalam gelaran pemaparan capaian 100 hari kerja yang berlangsung di Aula Kantor Bupati Aceh Utara, Ayahwa tampil lugas dan penuh semangat di hadapan para insan pers, tokoh masyarakat, serta ketua organisasi pers terkemuka. Dengan narasi yang membumi dan progresif, Ayahwa menyampaikan bahwa gerakan “Aceh Utara Bangkit” kini telah menemukan bentuk nyata di berbagai lini kehidupan rakyat.
Terobosan Nyata di Bidang Pendidikan dan Syariat Islam
Di sektor pendidikan, gebrakan dimulai dengan langkah-langkah strategis yang menyentuh langsung kebutuhan lapangan:
-
Penempatan guru sesuai domisili untuk efisiensi dan efektivitas proses belajar.
-
Seleksi kepala sekolah berbasis kompetensi agama, di mana kemampuan membaca Al-Qur’an menjadi syarat utama—sebuah pendekatan revolusioner dalam memadukan keilmuan dan akhlak.
-
Peluncuran program Tahfidz Qur’an di SD dan SMP Kecamatan Syamtalira Bayu, serta penyusunan Perbup kurikulum muatan lokal yang mengakar pada nilai-nilai budaya dan spiritual Aceh.
Tak kalah penting, gaji guru dayah dan imum chik direncanakan naik hingga 50%, sementara beasiswa untuk 1.500 santri telah disalurkan. Program Gerakan Jumat Bersih Masjid digelar rutin di sepanjang jalur nasional dan sukses membangun kembali kesadaran kolektif akan kebersihan rumah ibadah.
Acara ini juga menjadi panggung kebanggaan atas suksesnya penyelenggaraan MTQ ke-35 tingkat kabupaten, yang menjadi bukti nyata perhatian pemerintah terhadap syiar Islam.
Revolusi Layanan Kesehatan: Dari Lambat Menjadi Responsif
Kesehatan adalah hak rakyat, dan Ayahwa-Panyang menjawabnya dengan tindakan:
-
32 Puskesmas kini telah bertransformasi menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah), memungkinkan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan, peningkatan layanan, dan pemberian insentif kepada 1.850 tenaga kesehatan—yang sebelumnya bertahun-tahun bekerja tanpa kompensasi layak.
-
Di RSUD Cut Meutia, waktu pengambilan obat dipangkas drastis dari tiga jam menjadi hanya 30 menit, berkat penambahan empat titik pelayanan baru. Ini adalah lompatan nyata dalam pelayanan yang kini melayani lebih dari 800 pasien per hari.
Infrastruktur & Pertanian: Fondasi Fisik Aceh Utara Bangkit
Sektor infrastruktur tak ketinggalan. Dalam 100 hari:
-
10 ruas jalan utama yang selama ini menjadi “luka terbuka” masyarakat, telah diperbaiki.
-
Lahan untuk Sekolah Rakyat di Baktiya Barat dan Lhoksukon telah disiapkan, menandai komitmen panjang pada pendidikan merata.
-
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) segera hadir di tiga kecamatan, mendukung penanganan stunting dan gizi buruk.
Di sektor pertanian, Pemkab menyiapkan 500 unit traktor gratis untuk membantu petani membajak sawah secara efisien—sebuah inisiatif strategis untuk memperkuat pola tanam dan mewujudkan panen tiap bulan.
Pelayanan Publik Inklusif: Inovasi hingga ke Gampong
Satu gagasan cemerlang dari Ayahwa yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat: pemasangan stiker kontak penting (PLN, Puskesmas, Damkar, Polsek) di setiap rumah. Langkah sederhana, tapi vital untuk keselamatan dan kemudahan warga dalam kondisi darurat.
Mimpi Besar yang Sedang Dikejar
Ayahwa juga menyinggung proyek-proyek strategis bernilai ratusan miliar rupiah:
-
Pembangunan lanjutan Bendungan Krueng Keureuto (anggaran Rp40 miliar lebih), vital bagi ketahanan pangan dan pengairan sawah.
-
Rencana Jalan Lingkar Barat dan pembangunan Jalan BLG Geudong – Panton Labu, serta Jalan Makam Cut Meutia – menunjukkan bahwa Pemkab Aceh Utara serius membangun konektivitas jangka panjang.
Media Sebagai Mitra Strategis Perubahan
Dalam penutup acara, Ayahwa mengajak seluruh insan pers untuk bersinergi.
“Saya mohon kepada teman-teman media, viralkan program-program prioritas kita—supaya sampai ke Presiden Prabowo dan para menteri tahu bahwa Aceh Utara butuh perhatian khusus,” tegas Ayahwa.
Aceh Utara Bangkit: Dimulai dari 100 Hari yang Menggetarkan
100 hari hanyalah awal. Namun di bawah komando Ayahwa dan Panyang, Aceh Utara tak lagi bicara janji, tetapi bukti. Dengan pendekatan religius, solutif, dan progresif, duet ini menegaskan: perubahan bukan wacana, tetapi keniscayaan—asalkan dikerjakan dengan hati, niat, dan strategi.
Aceh Utara Bangkit bukan sekadar slogan. Ia adalah gerakan kolektif menuju keadilan, kemajuan, dan kemuliaan.(Advertorial)











